Saat itu, di Gran Salo, Tatiana cemas mengamati ketiga orang garda la porta yang telah cukup lama hilang dalam dunia khayali. Membuka tunela sebetulnya adalah perjalanan yang seolah khayali, bagai di alam mimpi, son lúcida*[1] menurut istilah Verdynn selatan. Peran penjaga gerbang adalah membuka pintu masuk dan keluar di tempat yang dituju. Saat membuka pintu keluar, para penjaga gerbang haruslah melakukan perjalanan astral, yaitu dimana badan mereka secara fisik berada di tempat keberangkatan namun spirit mereka berada di tempat tujuan. Hal ini guna memilih tempat tujuan yang tepat, utamanya untuk menghindari tempat yang berbahaya dan mustahil. Bila salah dilakukan bukan tidak mungkin caminant*[2], atau pelaku perjalanan,akan keluar di tengah kawah gunung berapi, atau di dalam dasar lautan misalnya.
Ketiga penjaga gerbang yang dipanggil Tatiana adalah para penjaga gerbang terbaik yang dimilikinya. Sepanjang ingatan Tatiana, biasanya mereka tidak memerlukan waktu selama ini untuk membuka tunela. Hal ini tak urung membuatnya cemas. Dilihatnya Enki yang biasa tenang juga sedikit menampakkan kegelisahan di raut mukanya.
Ketiga penjaga gerbang masihlah lenyap dalam dunia khayali ketika Alita dan timnya mencapai Gran Salo. Saat mereka berlima memasuki Gran Salo, mereka mendengar Tatiana di dalam pikiran mereka, meminta supaya mereka memasuki ruangan dengan tenang supaya tidak mengganggu para garda la porta. Merekapun paham dan berjalan mendekati para garda la porta tanpa bersuara sedikitpun. Tunggangan mereka telah berubah wujud bersatu dengan tuannya menjadi semacam tanda lahir di lengan mereka. Lync, tunggangan para caçador dapat berubah menyatu dengan tuannya dalam bentuk tanda lahir atau semacam tato, biasanya di tangan, lengan atau kaki.
Tiba-tiba Sergi tampak membuka mata, air mukanya keruh, dan nafasnya tersengal.
Ditatapnya Tatiana, dan menggunakan bahasa pikiran disampaikannya apa yang didapatnya kepada mereka semua di ruangan tersebut.
"Maaf ketua, oleh suatu sebab kami tidak bisa membuka jalur yang stabil ke Deau Paith, jaraknya memang jauh namun tidak seharusnya ini terjadi."
Mendengar ini, Alita dan rekan – rekannya saling berpandangan satu sama lain namun tidak mengucapkan sepatah katapun. Alma mulai merasa mual lagi melihat hal ini.
"Apakah kalian bertiga baik-baik saja?" sahut Tatiana cemas.
"Iya ketua, kami bertiga baik-baik saja, namun terus terang kami sudah mendekati ambang kemampuan kami. Kalau boleh kami mohon ijin supaya membuka jalur agak jauh dari Deau Paith, tepatnya di tepi danau Vista Alegre. Agak jauh dari tujuan namun hanya inilah tempat teraman dan terdekat yang kami temukan".
"Tidak mengapa Sergi, bukalah di sana", potong Enki cepat. "Kurasa itu lebih baik daripada tidak sama sekali". Tatiana hanya mengangguk tanda setuju, dilihatnya Alita dan rekan-rekannya yang telah bersiap di situ. Dia merasa cukup puas dengan anggota yang dipilih Alita dan juga kesiapan mereka yang terlihat dari wajah-wajahnya.
"Baik tetua, mohon bersiap bila demikian", jawab Sergi lagi, dan segera Sergi kembali menghilang dalam dunia mimpi.
Alita melihat kepada keempat rekannya memberikan kode untuk bersiap. Sejenak kemudian ketiga batu kristal para penjaga gerbang mulai berpendar semakin terang, dan di tengah-tengah antara ketiga penjaga gerbang mulai muncul semacam bayangan kabur seperti jendela ke dunia lain. Itulah pintu ke Pandea yang mulai terbuka. Dengan semakin membesarnya bayangan tersebut, perlahan-lahan para penjaga gerbang mulai membuka matanya, nampak di mata mereka bahwa energi mereka sangat terkuras dalam perjalanan kali ini.
Tatiana dan Enki tak sadar menghela nafas hampir bersamaan, merasa sedikit lega dengan keberhasilan pembukaan ini.
Setelah beberapa saat, Sergi berkata "Baiklah, silakan menyebrang".
Tatiana mengalihkan pandangannya kepada Alita dan rekan-rekannya sambil memberi tanda dengan sedikit anggukan sebagai tanda untuk mereka berangkat.
"Ketua, Ancians, kami berangkat" kata keempat rekan Alita. Alma yang pertama akan memasuki gerbang tersebut tak terasa menelan ludahnya untuk sedikit meredakan gejolak perutnya, namun tak urung dia melangkahkan kakinya ke dalam gerbang. Satu persatu di belakangnya Iordana, Derdriu, Neith, dan terakhir Alita memasuki jendela tersebut mengikutinya. Alita sebelum memasuki jendela hanya mengangguk singkat kepada Enki dan Tatiana.
"Lluna beserta kalian semua" kata Tatiana dan Enki. Belum usai ucapan mereka, tampak bayangan yang tadi tenang mulai bergelombang, dan tiba-tiba ada bayangan gelap di dalam jendela tersebut.
"Demi Lluna!" desis Tatiana dan Enki hampir bersamaan.
Jendela bayangan tadi tampak semakin kacau dan dengan tiba-tiba menghilang dari pandangan mereka. Ketiga penjaga gerbang hanya berpandangan dengan cemas, peluh membasahi sekujur tubuh mereka.
"Apa yang terjadi?" tanya Tatiana cemas. "Sergi, apakah mereka baik-baik saja?" sergah Tatiana, mencemaskan kelima anggotanya.
Sergi dan rekan-rekannya hanya terdiam tidak mampu menjawab, mata mereka nanar menatap kosong ke bekas jendela tunela yang sudah menghilang tak berbekas.
Catatan:
1. Son lúcida = mimpi nyata
2. Caminant = traveller, pengembara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar